Gambar Sampul Bahasa Indonesia · Bab 4 Kebudayaan
Bahasa Indonesia · Bab 4 Kebudayaan
Asep Yudha

24/08/2021 14:42:33

SMP 8 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pelajaran 4

Kebudayaan

Sumber:

Dokumen Penerbit

Setiap kelompok sosial memiliki bahasa yang berbeda-beda,

sehingga bahasa dapat dikatakan sebagai hasil kebudayaan dari

tiap kelompok sosial tersebut. Namun, bahasa yang berbeda-beda

tersebut dapat menjadi satu-kesatuan. Meski memiliki budaya

bahasa yang berbeda-beda, antara kelompok sosial satu dengan

yang lain dapat saling berkomunikasi. Mereka berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia.

Pada pelajaran keempat ini, tema kebudayaan dikemas pada

pembelajaran mengenai mengevaluasi pementasan drama; bermain

peran dengan cara improvisasi; membaca cepat 250 kata per menit;

serta menulis petunjuk melakukan sesuatu.

Renungkan sejenak paragraf di atas dan mulailah mempelajari

materi pada pelajaran ini dengan semangat untuk selalu berprestasi.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

70

Peta Konsep

Kebudayaan

Mendengarkan

Evaluasi pemeranan

dalam pementasan

drama

Berbicara

Bermain peran

dengan improvisasi

Membaca

Membaca cepat

Menulis

Menulis petunjuk

Pelajaran 4 Kebudayaan

71

A. Mengevaluasi Pemeranan Tokoh dalam

Pementasan Drama

Memahami drama berarti memahami jalan cerita beserta

penokohannya khususnya dalam perwatakan. Mengevaluasi

pemeran tokoh berarti memberikan apresiasi dan penilaian

mengenai pemeranan. Dalam hal ini, kita dapat mengungkapkan

kelebihan dan kekurangan seseorang dalam memerankan tokoh

dalam drama. Evaluasi terhadap pemeranan berkaitan dengan

karakter, penjiwaan, ekspresi, suara, dan kemampuan aktingnya.

Perilaku tokoh berkaitan dengan perwatakannya. Watak

tokoh harus konsisten dari awal hingga akhir drama. Watak yang

dimiliki tokoh harus memungkinkan menjalin pertikaian yang

berkembang mencapai klimaks. Penokohan harus memiliki watak

atau karakter yang kuat dan kontradiktif satu sama lain. Perbedaan

watak atau perilaku tokoh inilah yang mampu menghidupkan cerita

dalam drama.Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi.

Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosiologis.

Perhatikanlah cuplikan naskah drama berikut!

Fragmen Abunawas

Abunawas, Maharaja dari Negeri

Antahberantah yang sangat dikasihi dan

dihormati oleh rakyatnya, mempunyai

seorang putra, Abundari namanya. Pangeran

adalah putra mahkota kerajaan. Pada suatu

hari pangeran datang menghadap baginda.

Abundari :

Ayahanda Baginda Raja, selama

putramu bodoh ini menantikan

saat menggantikan Ayahanda

Baginda, apa yang harus hamba

lakukan untuk mempersiapkan

diri?

Abunawas :

Anakku Pangeran, seorang raja

harus dihormati dan disayangi

oleh rakyatnya, kalau tidak, maka

tiada gunanya ia menjadi raja.

Maka itu jagalah dirimu baik-

baik, jangan melakukan apa-apa

supaya kau tetap bersih dan tak

ternoda, sampai saatnya nanti

kau menggantikanku.

Baginda sehat sekali dan panjang

umurnya. Dua puluh lima tahun kemudian

beliau meninggal dalam usia yang lanjut, dan

digantikan oleh putra mahkotanya, Abundari.

Abundari : Terima kasih Tuhan. Ini hari

adalah hari di mana aku resmi

menjadi maharaja, resmi

menggantikan ayahanda.

Ayahanda semoga engkau tenang

di alam sana.

Baginda raja yang baru ini sejak semula

tidak pernah tahu dan tidak pernah mau tahu

sama sekali bagaimana memerintah

negerinya, karena terlalu lama berdiam diri.

Terlalu asyik dengan dirinya sendiri sehingga

lupa kalau ia harus mulai mempersiapkan diri

untuk memerintah sebuah negeri tanpa

didampingi lagi oleh ayahandanya.

Abundari : Mahapatih, tolong siapkan

semua keperluanku. Besok pagi-

pagi sekali aku akan berlibur ke

negeri Syam bersama permaisuri

untuk beberapa bulan. Kabarnya

pantai di sana begitu indah.

Nanti semua urusan negeri ini

kuserahkan sepenuhnya padamu.

Mahapatih :

Daulat Baginda. Tapi, apakah

tidak terlalu cepat rencana

Baginda untuk berlibur ke negeri

Syam. Bukankah baru saja

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat

menjelaskan unsur

pemeranan dan meng-

evaluasi pemeranan

tokoh dalam

pementasan drama.

Sumber:

Dok. Penerbit

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

72

beberapa hari Baginda duduk di

singgasana ini.

Abundari :

Paman Patih. Yang jadi raja itu

aku bukannya dirimu. Jadi, yang

berhak menentukan ini dan itu

juga aku, bukannya kamu.

Mengerti!

Mahapatih :

Ampun Baginda, maafkan

kelancangan hamba. Hamba

hanya bermaksud mengingatkan

Paduka. Tidak ada maksud

lainnya, Baginda. Sekali lagi maaf

Baginda, kalau perkataan hamba

kurang berkenan di hati Baginda.

Abundari : Sudah, sudah. Aku tidak mau lagi

dengar alasan. Yang jelas semua

perlengkapan dan pengawal

sudah siap untuk keperluanku

berlibur ke negeri Syam.

Mahapatih :

Daulat Baginda, semua siap

dilaksanakan.

Abundari : Oh ... ya, sebelum aku pergi

berlibur, ada beberapa hal yang

perlu kusampaikan pada para

menteri. Hari ini aku umumkan

untuk diketahui oleh rakyat

seluruh negara, bahwa inflasi di

dalam negeri mulai saat ini sudah

berakhir.

Praktis kejadian itu membuat para abdi

dalem kerajaan saling pandang, tidak paham

mengapa rajanya mengeluarkan pengumuman

seperti itu ... Belum genap setahun Abundari

menjadi maharaja, kerajaan diambil alih oleh

seorang pangeran dari istri ketiga Baginda

Almarhum.

(Sumber:

Dongeng Kuno oleh Andreas A. Danandjaya

,

2001,dengan pengubahan)

Selain dapat mengidentifikasi unsur naskah dan pementasan

drama serta dapat memerankan tokoh dalam drama dengan baik,

kalian juga harus dapat mengevaluasi pemeranan tokoh dalam

pementasan drama yang kalian saksikan. Evaluasi terhadap

pemeranan dapat kalian tujukan pada bagian akting yang meliputi

ekspresi dan gerak tubuh; suara yang meliputi volume, artikulasi,

intonasi; keluwesan dan ketepatan karakter yang diperankan, serta

penghayatan terhadap isi naskah.

Pemeranan tokoh dalam naskah drama di atas akan tampak

lebih tepat dan menarik apabila dalam memerankan tokoh, seorang

pemeran memerhatikan aspek-aspek pemeranan, sebagaimana

disebutkan di atas. Contoh penerapan aspek-aspek tersebut

terhadap naskah

Fragmen Abunawas

dapat kalian lihat melalui

uraian berikut ini.

1.

Pelafalan, aspek pelafalan menekankan kejelasan lafal

atau ucapan-ucapan dalam dialog. Dalam hal ini, jangan

sampai ada bagian dialog atau kata yang tidak jelas

pengucapannya sehingga menimbulkan kerancuan

pemaknaan atau menjadi kurang enak didengar. Contoh:

kata

ayahanda

(dialog ke-1 Abundari), jangan sampai

diucapkan menjadi

ayaanda

; kata

anakku

(dialog ke-1

Abunawas) diucapkan dengan huruf [k] dobel, jangan

sampai dibaca

anaku

, dan sebagainya.

2.

Intonasi, aspek intonasi berkaitan dengan nada dialog,

penekanan dialog terhadap kata-kata yang dianggap

Pelajaran 4 Kebudayaan

73

penting, dan pembedaan nada bentuk dialog tanya, seruan,

perintah, permohonan, dan sebagainya. Contoh: kalimat

“Paman Patih...”

(dialog ke-4 Abundari) diucapkan tegas

atau dengan

nada tinggi

sebagai ungkapan kesal atau

marah, dan sebagainya.

3.

Mimik, aspek mimik berkaitan dengan ekspresi raut muka

yang menampakkan karakter, misalnya gembira, sedih,

takut, dan sebagainya. Contoh: dalam dialog Mahapatih

ke-2

“Ampun Baginda ...”

, sebaiknya disertai mimik atau

ekspresi wajah agak takut, hormat, memohon maaf, dan

sebagainya.

4.

Kinesik, aspek kinesik menekankan pada dialog yang

berupa

bisikan

. Biasanya aspek kinesik digunakan

sebagai dialog dengan pendengar atau penonton, dialog

tersembunyi yang tidak untuk diketahui tokoh lain, dan

dialog dengan muatan tema atau karakter tertentu. Pada

naskah di atas, aspek kinesik dapat diterapkan pada

ungkapan narator.

5.

Penghayatan, aspek penghayatan meliputi kedalaman

pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karak-

ter keadaan atau situasi (susah, senang, dan sebagainya).

Setelah menyaksikan pementasan drama tersebut, kalian

dapat mengevaluasi pemeranan tokoh-tokohnya, seperti contoh

berikut.

1.

Pelafalan Andika sebagai tokoh Abundari kurang bagus.

Beberapa kata dilafalkan dengan tidak tepat, sehingga dialog

menjadi kurang jelas. Misalnya saat melafalkan kata

permaisuri

diucapkan

permesuri

; kata

beberapa

diucapkan

bebrapa

; dan kata

inflasi

diucapkan

infasi

. Adapun pelafalan

Rio sebagai Abunawas dan Danur sebagai Mahapatih sudah

tepat.

2.

Mimik Rio sebagai Abunawas saat mengucapkan dialog

“Anakku Pangeran, ...”

kurang tepat. Dialog tersebut

seharusnya diucapkan dengan mimik atau ekspresi wajah sedih,

khawatir, tetapi wibawa. Namun, ekspresi wajah Rio tegang

dan sedikit marah.

Adapun mimik Andika sebagai Abundari saat mengucapkan

dialog

“Paman Patih, yang jadi Raja itu aku, bukannya

...”

sangat tepat. Dialog tersebut diucapkan Andika dengan

ekspresi wajah marah dan kesal.

3.

Secara umum, penghayatan Rio, Andika, dan Danur cukup

baik. Hanya saat mengucapkan dialog

“Anakku Pangeran,

...”

mimik Rio kurang tepat.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

74

Uji Kemampuan 1

Kerjakanlah dengan cermat dan teliti!

1.

Saksikanlah sebuah pementasan drama bersama kelompok

belajarmu secara utuh dari awal hingga akhir! Usahakan agar

kamu dapat menyaksikan drama tersebut secara langsung!

2.

Berikan apresiasimu mengenai pemeranan tokoh-tokoh dalam

pementasan tersebut berkenaan dengan hal berikut!

a. Kemampuan vokal berkenaan dengan jangkauan volume

suara, kinesik, artikulasi, dan intonasi.

b. Ketepatan dan kemenarikan ekspresi dan gerak tubuh

dalam berbagai dialog dan suasana.

c. Penghayatan terhadap isi cerita.

d. Kerja sama antarpemain dan improvisasi.

e. Kemampuan teknik panggung.

Sampaikanlah apresiasi tersebut dengan menyertakan alasan

dan data yang tepat! Kerjakan di buku tugas!

3.

Bandingkan dengan apresiasi temanmu! Analisislah persamaan

dan perbedaannya!

B. Bermain Peran dengan Improvisasi

Pada pembelajaran yang lalu, kalian telah berlatih

memerankan drama dengan naskah. Kali ini kalian akan berlatih

kembali, sehingga akan memperdalam kemampuan kalian, tapi tidak

menggunakan naskah secara utuh. Dalam hal ini, kalian perlu

melakukan teknik improvisasi. Improvisasi merupakan cara

pengungkapan yang dilakukan secara spontan atau tanpa terencana

terlebih dulu. Biasanya drama yang bersifat improvisasi hanya

menggunakan kerangka naskah yang menyajikan kronologi cerita.

Perhatikan contoh kerangka naskah berikut ini!

Suatu ketika di sebuah perkampungan terjadi perselisihan

antara dua keluarga, yaitu keluarga Mustafa dengan Margono.

Perihalnya adalah masalah utang piutang. Pada saat itu Margono

hendak menagih utang kepada Mustafa, sebagaimana Mustafa telah

menjanjikan untuk melunasinya dengan seekor kerbau. Namun,

saat itu Mustafa berkelit dengan alasan kerbaunya sedang menyusui.

Berdasarkan kerangka tersebut, kalian dapat mengembang-

kannya menjadi sebuah cerita drama dengan teknik improvisasi,

sebagaimana contoh berikut.

Sumber:

Dok. Penerbit

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat melaku-

kan permainan peran

atau memerankan

tokoh dengan cara

improvisasi berdasar-

kan kerangka naskah

yang ditulis siswa.

Pelajaran 4 Kebudayaan

75

Sebuah daerah perkampungan di kaki

bukit. Datang dua orang laki-laki ke rumah

Mustafa dengan muka yang cemberut!

Margono

:

“Sekarang apa lagi alasanmu,

Mustafa?”

(Margono yang

datang pada hari ketika kerbau

itu melahirkan. Dia ingat orang

itu membentak ayahnya di

kandang kerbau)

Mustafa

:

(Diam membisu; tidak

menjawab sepatah kata pun

pertanyaan Margono)

Margono

:

“Dulu kau bilang itu masih

dipakai membajak. Aku

mengalah. Aku pikir kamu

benar. Aku datang lagi

(pada

hari yang lain)

kau bilang

kerbau itu sedang mengan-

dung. Aku masih mengalah.

Sekarang aku dengar kerbau itu

sudah melahirkan. Aku tidak

mau mendengar alasanmu yang

lain lagi!”

(Dengan nada tinggi

sambil berkacak pinggang)

Istri Mustafa :

“Anak kerbau itu masih

menyusui!”

(istri Mustafa ikut

bicara bermaksud menengahi

pertikaian itu)

Margono

:

“Jadi kapan aku bisa ambil

kerbau itu?!”

Istri Mustafa :

“Kalau anaknya sudah

berhenti menyusu.”

Margono

:

“Aku tidak sabar menunggu

kerbauku menyusui anak

kerbaumu!!”

Mustafa

:“Tidak bisa!”

(secara

bersama-

dan istrinya

an)

Margono

:

(Dengan muka merah padam)

“Sekarang tidak ada alasan lagi!

Bawa induk kerbau itu!”

(Dengan mengacungkan jari

telunjuknya)

Mustafa

: “Anaknya masih menyusu.”

dan istrinya

(Berdiri sambil menghalang-

halangi kedua anak buah

Margono membawa induk

kerbau itu)

Margono

:

“Kau hanya berutang satu ekor

kerbau dewasa. Kebetulan dia

melahirkan. Kau boleh ambil

anaknya. Sebetulnya aku sudah

cukup baik kepadamu.

Seharusnya anak kerbau ini

milikku. Itu adalah rentenya

(bunganya)

. Tetapi, aku tidak

sekejam itu. Kau hanya

berutang uang seharga satu ekor

kerbau. Kau yang menyepakati

bahwa utangmu ditukar dengan

kerbau. Aku tidak salah,

bukan? Aku tidak mau

mendengar soal wereng atau

yang lainnya. Utangmu sudah

senilai seekor kerbau saat ini!

Bawa induknya dan tinggalkan

anaknya. Bila kau sayang

kepada anak kerbaumu, kau

boleh datang ke kandangnya di

rumahku. Kau boleh

menyusukan anak kerbaumu

pada induknya. Tetapi kau

harus membawa satu ikat padi

untuk susu yang diminum anak

kerbaumu. Satu hari menyusu,

satu ikat padi.”

(Sambil terus

berjalan bersama kedua anak

buahnya membawa induk

kerbau)

.... dan seterusnya

Dalam teks naskah drama di atas, dapat dilihat bahwa para

tokoh memerankan cerita dengan teknik improvisasi. Para tokoh

membuat dialog untuk diucapkan dalam pemeranan. Hal-hal yang

dilakukan di atas panggung pun mereka ciptakan sendiri secara

improvisasi. Petunjuk pemanggungan tersebut biasanya diidentifika-

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

76

sikan dengan dicetak miring atau bisa juga menggunakan tanda

kurung. Kata atau kalimat dalam petunjuk pemanggungan tersebut

tidak ikut diucapkan oleh pemain.

Sebagai misal, tokoh Istri Mustafa yang mengucapkan dialog

“Anak kerbau itu masih menyusui!”

(istri Mustafa ikut bicara

bermaksud menengahi pertikaian itu)

merupakan bentuk

improvisasi. Hal ini dapat dilihat dalam kerangka naskah drama

yang tidak menyebutkan secara tertulis ada tokoh istri Mustafa.

Perlu kalian perhatikan bahwa penggunaan teknik improvisasi

dalam bermain drama memerlukan kemampuan berpikir cepat

dalam menciptakan karakter tokoh, dialog untuk menyambung

cerita, serta membangun suasana cerita. Dengan kemampuan

tersebut, seseorang yang melakukan pemeranan secara improvisasi

dapat memerankan suatu tokoh dengan tepat berdasarkan urutan

cerita tanpa menggunakan teks naskah. Dalam teknik ini, pemeran

juga dituntut untuk dapat membuat dialog-dialog sendiri.

Uji Kemampuan 2

Kerjakanlah dengan cermat dan teliti bersama kelompokmu!

1.

Buatlah sebuah kerangka cerita drama dengan tema dan isi

cerita yang menarik!

2.

Tuliskanlah kronologi cerita berdasarkan urutan yang akan

dipentaskan, yang meliputi penokohan, prolog, konflik,

penyelesaian, dan

ending

!

3.

Diskusikan kerangka cerita dan kronologi cerita bersama

teman-temanmu untuk menyusun sebuah pementasan!

4.

Persiapkanlah sebuah pementasan berdasarkan kerangka

cerita yang kamu buat, termasuk mempersiapkan teknik

improvisasi!

5.

Pentaskanlah cerita drama tersebut dengan teknik improvisasi!

C. Membaca Cepat 250 Kata per Menit

Membaca cepat merupakan salah satu metode untuk

membaca teks atau wacana yang menuntut pemahaman secara

cepat. Pembaca yang baik akan mendapat 80% – 90% pemahaman

dari teks yang dibaca dalam waktu yang ditentukan. Dalam hal ini,

kecepatan membaca orang per orang berbeda-beda. Misalnya 200

kata per menit, 250 kata per menit, dan seterusnya. Namun

demikian, akan menjadi sangat baik jika kecepatan membaca dilatih,

TAGIHAN

1. Kumpulkan semua

naskah drama yang

ditulis siswa menjadi

satu!

2. Pilihlah salah satu

naskah drama di

antaranya yang paling

sempurna untuk

dipentaskan!

3. Pentaskahlah naskah

drama tersebut pada

acara tertentu di

sekolahmu!

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat mengua-

sai teknik membaca

cepat dan dapat me-

nyimpulkan isi baca-

an suatu teks bacaan

dengan kecepatan

membaca 250 kata per

menit.

Pelajaran 4 Kebudayaan

77

sehingga mencapai hasil atau kemampuan yang maksimal.

Kecepatan membaca diukur dengan rumus: Jumlah kata dibagi

waktu membaca.

Buku bacaan seperti majalah, biasanya dibaca dengan

kecepatan 200 – 400 kata per menit. Dengan kemampuan seperti

ini, minimal 70% pemahaman akan diperoleh pembaca. Adapun

kecepatan di atas 400 kata per menit hanya digunakan untuk

membaca informasi yang sifatnya sekilas.

Dalam melatih kemampuan membaca cepat kalian, bacalah

teks di bawah dengan waktu 1 menit. Setelah selesai membaca,

jawablah pertanyaan berkaitan isi teks tanpa membaca kembali

teks. Jika 75% jawaban atas pertanyaan di atas tepat, berarti kalian

telah mampu membaca cepat (dengan 250 kata per menit) dengan

baik. Agar kemampuan kalian meningkat, kalian harus lebih banyak

berlatih.

Latihlah kemampuan membaca cepat kalian dengan membaca

teks ± 250 kata berikut dalam waktu 1 menit!

Sumber:

Dok. Penerbit

Gamelan, Orkestra ala Jawa

Gamelan jelas bukan musik yang asing.

Popularitasnya telah merambah di berbagai

benua dan telah memunculkan paduan musik

baru jazz-gamelan. Selain itu, gamelan

melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan

ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan

pemusik gamelan ternama. Pergelaran musik

gamelan kini dapat dinikmati di berbagai

belahan dunia. Namun, Jogjakarta adalah

tempat yang paling tepat untuk menikmati

gamelan. Ini dikarenakan di kota inilah Anda

dapat menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Jogjakarta

adalah Gamelan Jawa. Gamelan Jawa berbeda

dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan

Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang

lebih lembut dan

slow

, berbeda dengan

Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan

Sunda yang sangat mendayu-dayu dan

didominasi suara seruling. Perbedaan itu

wajar, karena Jawa memiliki pandangan

hidup tersendiri yang diungkapkan dalam

irama musik gamelannya.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah

munculnya gamelan. Perkembangan musik

gamelan diperkirakan sejak kemunculan

kentungan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan

pada tali atau bambu tipis, hingga dikenalnya

alat musik dari logam. Perkembangan

selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik

ini digunakan untuk mengiringi pergelaran

wayang dan tarian. Barulah pada beberapa

waktu sesudah mengiringi pergelaran wayang

dan tarian, gamelan berdiri sebagai musik

sendiri dan dilengkapi dengan suara para

sinden.

(Sumber:

www.yogyes.com

,

dengan pengubahan)

(Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk

Pelajar 3

, 2005)

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

78

Setelah membaca teks di atas dalam waktu 1 menit, kalian

dapat mengevaluasi kemampuan membaca cepat kalian dengan

indikator kemampuan memahami isi bacaan. Kemampuan

membaca cepat kalian dikatakan berhasil apabila kalian dapat

menjawab pertanyaan berkenaan dengan teks bacaan, dengan

kebenaran lebih dari 75%. Sebagai contoh pertanyaan yang

berkenaan dengan teks di atas adalah berikut.

1.

Apakah dampak dari popularitas musik gamelan?

2.

Di manakah tempat yang paling tepat untuk menikmati

gamelan?

3.

Mengapa Jogjakarta dikatakan sebagai tempat yang tepat

untuk menikmati musik gamelan?

4. Apakah nama jenis gamelan yang berkembang di

Jogjakarta?

5.

Bagaimanakah perbedaan antara Gamelan Jawa dengan

Gamelan Bali dan Gamelan Sunda?

6.

Apa salah satu penyebab adanya perbedaan dalam musik

Gamelan Jawa dengan musik gamelan lainnya?

7.

Apa saja musik yang mendasari kemunculan gamelan?

8.

Apakah fungsi gamelan itu?

Adapun jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah

berikut.

1.

Merambah di berbagai benua dan telah memunculkan

paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi

sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga

menghasilkan pemusik gamelan ternama.

2.

Jogjakarta.

3.

Karena di kota inilah kita dapat menikmati gamelan dalam

versi aslinya.

4.

Gamelan Jawa.

5.

Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan

slow

,

sedangkan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda

yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling.

6.

Pandangan hidup masyarakat yang diungkapkan dalam

irama musik gamelannya.

7.

Kentungan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau

bambu tipis, hingga dikenalnya alat musik dari logam.

8.

Untuk mengiringi pergelaran wayang dan tarian.

Pelajaran 4 Kebudayaan

79

Kemampuan membaca cepat dapat dilatih dengan teknik

berikut.

1.

Membaca dengan tidak menggerakkan bibir dan tidak

bersuara.

2.

Menghindari regresi atau pembacaan yang mengulang-ulang.

3.

Memperluas jangkauan mata terhadap teks.

4.

Berlatih secara tekun dan rutin.

Bingkai Bahasa

Perhatikan paragraf pertama pada teks bacaan “Gamelan, Orkestra ala

Jawa”. Dalam teks bacaan tersebut terdapat kalimat:

Pergelaran musik

gamelan kini dapat dinikmati di berbagai belahan dunia, tapi Jogjakarta

adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan, karena di kota

inilah Anda dapat menikmati versi aslinya.

Kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk campuran. Disebut kalimat

majemuk campuran karena dibentuk oleh kalimat majemuk setara dan

kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara ditandai oleh penanda

hubung

tapi

yang menunjukkan hubungan pertentangan. Adapun kalimat

majemuk bertingkat ditandai oleh penanda hubung

karena

yang

menunjukkan hubungan akibat sebab.

Selain

tapi

, hubungan pertentangan juga dapat ditunjukkan oleh kata

melainkan, bukan, akan tetapi

, dan sebagainya. Contoh: Seharusnya ia

belajar dengan tekun bukan malah bermain-main tanpa kenal waktu.

Dalam kalimat majemuk bertingkat juga terdapat hubungan pertentangan.

Contoh: Saya akan tetap berbuat baik, meskipun ia selalu berbuat jahat.

Perhatikan kolom berikut!

Buatlah contoh kalimat majemuk setara hubungan penyertaan dan

pemilihan!

Buatlah contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan sebab - akibat

dan pengandaian!

Buatlah contoh kalimat majemuk campuran!

Pertentangan

tetapi, melainkan, bukan

Perbandingan

dar

ipada

Sebab-akibat

sebab, karena, oleh karena

Pengandaian

seandainya, kalau-kalau

Waktu

sejak, ketika

Hubungan

Penanda

Hubung

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

80

Uji Kemampuan 3

Bacalah teks ± 500 kata berikut dalam waktu 2 menit!

Sendratari Ramayana, Drama dalam Tarian Khas Jawa

Sendratari Ramayana adalah seni

pertunjukan yang cantik, mengagumkan, dan

sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu

menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari,

drama, dan musik dalam satu panggung dan

satu momentum untuk menyuguhkan kisah

Ramayana. Ramayana yaitu epos legendaris

karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa

Sanskerta.

Kisah Ramayana yang dibawakan pada

pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat

pada Candi Prambanan. Seperti yang banyak

diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat

di candi Hindu tercantik mirip dengan cerita

dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang

panjang dan menegangkan itu dirangkum

dalam empat lakon atau babak: penculikan

Shinta, misi Hanoman ke Alengka, kematian

Kumbakarna atau Rahwana, dan pertemuan

kembali Rama-Shinta.

Seluruh cerita disuguhkan dalam

rangkaian gerak tari yang dibawakan oleh para

penari yang rupawan dengan diiringi musik

gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut

dalam cerita dan mencermati setiap gerakan

para penari untuk mengetahui jalan cerita.

Tidak ada dialog yang terucap dari para

penari. Satu-satunya penutur adalah sinden

yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-

lagu dalam bahasa Jawa dengan suaranya yang

khas.

Cerita dimulai ketika Prabu Janaka

mengadakan sayembara untuk menentukan

pendamping Dewi Shinta (putrinya) yang

akhirnya dimenangkan Rama Wijaya.

Dilanjutkan dengan petualangan Rama,

Shinta, dan adik lelaki Rama yang bernama

Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan itulah

mereka bertemu Rahwana yang ingin

memiliki Shinta. Rahwana menganggap

Shinta sebagai jelmaan Dewi Widowati,

seorang wanita yang telah lama dicarinya.

Guna menarik perhatian Shinta, Rahwana

mengubah seorang pengikutnya yang bernama

Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil

karena Shinta terpikat dan meminta Rama

memburunya. Laksamana mencari Rama

setelah lama tidak kunjung kembali.

Sementara Shinta ditinggalkan dan diberi

perlindungan berupa lingkaran sakti agar

Rahwana tidak dapat menculik. Perlindungan

itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah

Rahwana mengubah diri menjadi sosok

Durna.

Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut

kembali dari Rahwana oleh Hanoman.

Hanoman adalah sosok kera yang lincah dan

perkasa. Namun ketika dibawa kembali,

Rama justru tidak memercayai Shinta lagi dan

menganggapnya telah ternoda. Untuk

membuktikan kesucian diri, Shinta diminta

membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti

karena raganya sedikit pun tidak terbakar

tetapi justru bertambah cantik. Rama pun

akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.

Anda tidak akan kecewa apabila

menikmati pertunjukan sempurna ini, sebab

tidak hanya tarian dan musik yang

dipersiapkan. Di pertunjukan ini, pencahayaan

disiapkan sedemikian rupa, sehingga tidak

hanya menjadi sinar yang bisu, tetapi mampu

menggambarkan kejadian tertentu dalam

cerita. Begitu pula riasan pada tiap penari,

tidak hanya mempercantik tetapi juga mampu

menggambarkan watak tokoh yang diperan-

kan. Dengan demikian, penonton dapat

dengan mudah mengenali meski tidak ada

dialog.

Anda juga tidak hanya dapat menjumpai

tarian, tetapi juga adegan menarik seperti

permainan bola api dan kelincahan penari

berakrobat. Permainan bola api yang

menawan dapat dijumpai ketika Hanoman

yang semula akan dibakar hidup-hidup justru

berhasil membakar Kerajaan Alengkadiraja

milik Rahwana. Sementara akrobat dapat

dijumpai ketika Hanoman berperang dengan

para pengikut Rahwana. Permainan api ketika

Shinta hendak membakar diri juga menarik

untuk disaksikan.

Pelajaran 4 Kebudayaan

81

Di Jogjakarta, terdapat dua tempat untuk

menyaksikan Sendratari Ramayana. Pertama,

di Purawisata Jogjakarta yang terletak di Jalan

Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton

Jogjakarta. Anda akan mendapatkan paket

makan malam sekaligus melihat sendratari.

Tempat menonton lainnya adalah di Candi

Prambanan, tempat cerita Ramayana yang asli

terpahat di relief candinya.

(Sumber:

www.yogyes.com,

dengan pengubahan)

Jawablah pertanyaan-petanyaan berikut dengan tepat!

Kerjakan di buku tugas!

1. Mengapa sendratari Ramayana dikatakan sebagai sebuah

pergelaran yang mengagumkan?

2. Apakah bangunan yang terdapat cerita mengenai epos

Ramayana?

3. Dalam epos Ramayana terdapat 4 babak, apa sajakah yang

termasuk dalam babak tersebut?

4. Bagaimanakah cara sendratari Ramayana menyampaikan isi

ceritanya?

5. Bagaimanakah awal kisah dalam sendratari Ramayana?

6. Siapakah tokoh antagonis dalam sendratari Ramayana?

7. Bagaimanakah akhir cerita dari kisah Ramayana?

8. Kapan atraksi akrobatik dalam sendratari Ramayana

disajikan?

Simpulkan isi teks bacaan “Sendratari Ramayana, drama

dalam Tarian Khas Jawa”! Kerjakan di buku tugas!

D. Menulis Petunjuk Melakukan Sesuatu

Apakah kalian pernah membuat suatu mainan, kerajinan, atau

melakukan kegiatan yang agak rumit? Pernahkah kalian mencoba

menuliskan proses tersebut? Untuk menuliskannya, kalian harus

memberikan petunjuk pelaksanaan dengan urutan yang tepat dari

awal hingga akhir proses. Di samping itu, kalian sebaiknya

menggunakan kalimat yang efektif dan lugas sehingga mudah

dimengerti orang lain.

Perhatikan contoh berikut!

Tujuan Pembelajaran

Tujuan belajar kalian

adalah dapat menyu-

sun petunjuk melaku-

kan sesuatu dengan

urutan yang tepat dan

menggunakan bahasa

yang efektif.

TAGIHAN

1. Carilah dan bacalah

dengan teknik

membaca cepat sebuah

teks bacaan bertema

kebudayaan di

majalah, surat kabar,

atau internet!

2. Buatlah kesimpulan

teks bacaan tersebut!

(Sumber:

Dok. Penerbit

)

Ayo, Ikutan Audisi!

Petunjuk I

Kamu tertarik untuk mengikuti audisi

Duta Pariwisata dan Kebudayaan Nasional?

Siapa saja bisa mengikuti audisi ini, tapi

harus menjadi wakil sekolah dulu. Jenjang

untuk menjadi Duta Pariwisata dan

Kebudayan Nasional memang panjang. Buat

kamu yang punya semangat berkompetisi, ini

tahapan-tahapan yang harus kamu lalui.

1. Seleksi tingkat sekolah

Sekolah diberikan kesempatan

melakukan proses seleksi mengenai

wawasan kepariwisataan dan wawasan

kebudayaan. Dari hasil seleksi, sekolah

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

82

mengirimkan siswa terbaiknya untuk

mengikuti seleksi ke tingkat kabupaten/

kota. Dalam proses seleksi tahap ini,

pihak-pihak yang terlibat antara lain

kepala sekolah, guru Sosiologi, guru

Pendidikan Kewarganegaraan, guru

Bahasa Indonesia, BP3, dan masyarakat

(sponsor).

2. Seleksi tingkat kabupaten/kota

Pada tahap ini, lima siswa terbaik

dari seleksi tiap sekolah dikirim untuk

diseleksi lagi melalui tes. Adapun pihak-

pihak yang terlibat dalam tahap ini adalah

Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP) setempat, perguruan tinggi yang

berkaitan dengan kepariwisataan dan

kebudayaan, Dinas Kabupaten/Kota,

Dikmenum, dan masyarkat (sponsor).

3. Seleksi tingkat provinsi

Siswa yang diseleksi pada tahap ini

hanya berjumlah dua orang dari setiap

kabupaten/kota. Pihak yang terlibat dalam

proses seleksi ini adalah semua yang

terlibat di seleksi tingkat kabupaten/kota,

kecuali Dinas Kabupaten/Kota dan

MGMP. Pada tahap ini, turut bergabung

juga Dinas Provinsi.

4. Seleksi nasional

Pada tahap ini, keterlibatan para

peserta sangat diperlukan. Tugasnya untuk

lebih detail menyeleksi para peserta.

Pembina dalam tahap ini hanya dibantu

oleh pihak perguruan tinggi dan

Dikmenum. Dalam tahap ini, diambil

satu orang peserta audisi yang terbaik.

Karya:

Rama

Wacana di atas merupakan petunjuk yang menjelaskan

langkah-langkah atau tahapan untuk dapat menjadi peserta Audisi

Duta Pariwisata dan Kebudayaan Nasional. Dalam petunjuk

tersebut dijelaskan secara detail berkaitan dengan prosedur atau

tahapan yang harus ditempuh untuk dapat menjadi peserta Audisi

Duta Pariwisata dan Kebudayaan Nasional.

Petunjuk II

Aturan Pemakaian

Dewasa: 3x sehari 1 tablet.

Anak-Anak: 3x sehari ½ tablet.

Atau menurut petunjuk dokter.

Peringatan dan Perhatian

Tidak dianjurkan untuk anak di bawah

umur 2 tahun.

Obat ini sebaiknya diberikan sesudah

makan.

Hati-hati pemberian pada penderita

hipoksemia.

Jangan melampaui batas dosis yang

dianjurkan.

Apabila gejala-gejala asma masih tetap

atau bertambah buruk, segera hubungi

dokter.

Hati-hati pemberian pada wanita hamil.

Efek samping

Sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare,

jantung berdebar, dan sukar tidur.

Kelebihan dosis pada anak-anak dapat

mengakibatkan hematemesis, simulasi

susunan saraf pusat, diuresis, dan demam.

Kontraindikasi

Penderita hipertensitif terhadap teofilina

dan efedrina.

Penderita hipertensi, penyakit jantung,

kencing manis, tukak lambung, dan

hipertiroid.

Jangan diberikan 12 jam setelah pemberian

rectal preparat lain yang mengandung

teofilina atau aminofilina.

(Sumber:

Kemasan obat neo napacin

)

Pelajaran 4 Kebudayaan

83

Berdasarkan petunjuk II, dapat kalian simpulkan beberapa

penjelasan seperti berikut.

1. Penggunaan obat harus memerhatikan petunjuk

penggunaan.

2.

Terdapat peringatan dalam pemakaian obat sebagaimana

telah dituliskan.

3.

Pengguna obat tersebut dapat merasakan salah satu efek

samping seperti yang tertulis.

4.

Beberapa orang yang mengalami gangguan penyakit seperti

yang tertulis pada

kontraindikasi,

sebaiknya tidak

mengonsumsi obat tersebut.

Menulis petunjuk melakukan sesuatu harus secara jelas. Hal

ini bertujuan agar pembaca petunjuk tidak mengalami kesalahan

saat melakukan sesuatu yang diinginkan sesuai dengan petunjuk.

Dalam menulis petunjuk, kalian perlu memerhatikan hal-hal berikut.

1.

Tuliskan petunjuk melakukan sesuatu secara urut sesuai urutan

yang harus dilakukan, apabila perlu dengan penomoran.

2.

Tuliskan petunjuk secara rinci dan detail.

3.

Cantumkan keterangan secara lengkap dan jelas berkaitan

dengan hal yang akan dilakukan.

4.

Cantumkan hal-hal yang harus dihindari apabila hal yang akan

dilakukan berkaitan dengan sesuatu yang dapat menimbulkan

dampak negatif, misal dalam pembuatan barang yang

menggunakan zat kimia dan sebagainya.

5.

Gunakan bahasa yang singkat, jelas, dan komunikatif.

6.

Jika perlu sertakan ilustrasi pendukung seperti gambar dan

sebagainya.

Uji Kemampuan 4

Kerjakan perintah berikut dengan tepat!

1.

Carilah sebuah petunjuk, baik petunjuk pemakaian obat atau

petunjuk penggunaan suatu alat!

2.

Bacalah dengan saksama petunjuk-petunjuk tersebut!

3.

Datalah urutan melakukan sesuatu yang ada dalam petunjuk

di buku tugasmu!

4.

Suntinglah petunjuk pemakaian obat dan petunjuk penggunaan

suatu alat tersebut jika masih ada kesalahan penulisan dengan

menyalin petujuk-petunjuk tersebut di buku tugas!

Ingin Tahu?

Bacalah petunjuk mela-

kukan sesuatu dengan

cermat dan teliti. Tanya-

kan sesuatu hal yang

kamu belum tahu untuk

menghindari kesalahan.

Ingat, malu bertanya

sesat di jalan.

Portofolio

1. Tuliskanlah petunjuk

untuk membuka reke-

ning di suatu bank!

2. Tuliskanlah petunjuk

cara membuat kue

atau jenis makanan

dan minuman ringan

lainnya!

3. Tuliskanlah cara

membuat suatu

mainan sederhana

yang menarik!

4. Diskusikan hasil

kerjamu dengan

teman-temanmu!

5. Mintalah tanggapan

berkenaan dengan

kejelasan isi petunjuk

yang kamu tuliskan!

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

84

Evaluasi Pelajaran 4

Kerjakan di buku tugas!

1.

Pahamilah petikan drama berikut dengan cermat!

ORANG-ORANG KASAR

Disadur oleh: W.S. Rendra

Nyonya :

Saya tak peduli Tuan mau bertindak

apa? Satu rupiah pun saya tak mau

membayar! Pergi dari sini!

Bilal

: Sebab

saya bukan suami Nyonya

atau tunangan Nyonya, maka

janganlah Nyonya membikin ribut.

(duduk)

Saya tak tahan lagi.

Nyonya :

(menarik nafas jengkel)

Apakah

Tuan berniat akan duduk?

Bilal

:

Saya memang sudah duduk.

Nyonya :

Dengan hormat, pergilah!

Bilal

: Dengan hormat, bayarlah uang

saya!

Nyonya :

Saya tak sudi bicara dengan orang

biadab. Pergi!

(pause)

Pergi, atau

tidak?

Bilal

:

Tidak.

Nyonya :

Tidak?

Bilal

:

Tidak.

Nyonya :

(mengebel. Darmo masuk)

Pak

Darmo, antarkan Tuan Baitul Bilal

ini pergi.

Darmo :

(Dengan gagah menghampiri Bilal)

Tuan, mengapa Tuan tidak pergi

kalau memang diminta pergi? Mau

apa sebenarnya Tuan ini?

Bilal

:

(meloncat bangun)

Kau kira kau

bicara dengan siapa? Kugilas lumat-

lumat kau nanti.

Darmo :

(memegang jantungnya)

Ya,

Tuhan.

(jatuh di kursi)

Oh, saya

sakit, saya tak bisa bernafas.

RANGKUMAN

1. Mengevaluasi pemeran tokoh berarti

memberikan apresiasi dan penilaian

mengenai pemeranan. Evaluasi

terhadap pemeranan berkaitan dengan

karakter, penjiwaan, ekspresi, suara,

dan kemampuan akting.

2. Improvisasi merupakan cara mengung-

kapkan sesuatu yang dilakukan secara

spontan. Hal yang perlu diperhatikan

dalam teknik improvisasi saat bermain

drama adalah kemampuan berpikir

yang cepat dalam menciptakan ka-

rakter tokoh, dialog untuk menyambung

cerita, serta membangun suasana cerita

yang baik.

3. Teknik membaca cepat digunakan

untuk mencari pemahaman terhadap isi

teks bacaan secara cepat dan tepat.

Untuk mengukur kecepatan membaca

menggunakan rumus: Jumlah kata

dibagi waktu membaca. Ada beberapa

teknik untuk melatih membaca cepat,

di antaranya tidak menggerakkan bibir,

menghindari pembacaan yang meng-

ulang-ulang, memperluas jangkauan

mata terhadap teks, serta rajin berlatih.

4. Menulis petunjuk melakukan sesuatu

harus secara jelas, rinci, dan detail.

Menulis petunjuk dilakukan secara urut

sesuai urutan. Keterangan dicantum-

kan secara lengkap dan jelas.

Cantumkan pula hal-hal yang harus

dihindari. Petunjuk melakukan sesuatu

ditulis menggunakan bahasa yang

singkat, jelas, dan komunikatif, dan jika

perlu disertakan ilustrasi pendukung.

Pelajaran 4 Kebudayaan

85

Nyonya : Di

mana si Suto?

(memanggil)

Suto! Suto! Amat! Amat!

(mengebel)

Darmo :

Mereka sedang pergi semua! Dan

saya mendadak sakit. Oh, air!

Nyonya :

Tuan Baitul Bilal! Pergilah ... oh,

pergi! Keluar!

Bilal

: Dengan hormat, agak sopanlah

sedikit!

Nyonya :

(meninju udara dan

menghentakkan kaki)

Engkau kasar!

Engkau biadab! Engkau monyet!

Bilal

:

Apa katamu?

Nyonya :

Engkau biadab, engkau monyet!

Bilal

:

(cepat menghampirinya)

Izinkan-

lah saya bertanya, atas hak apa

Nyonya menghina saya?

Nyonya :

Habis, mau apalagi? Tuan kira saya

takut pada Tuan?

Bilal

: Nyonya

kira karena Nyonya ini

seorang makhluk yang romantis

lalu Nyonya bebas saja menghina

saya tanpa mendapat balasan? Saya

menantang Nyonya!

Darmo :

Ya, Robby! Air!

Bilal

:

Ini harus diselesaikan dengan duel.

Nyonya :

Apakah Tuan mengira karena Tuan

begitu gagah, lalu saya takut kepada

Tuan?

Kerjakanlah soal berikut dengan cermat dan teliti!

a. Bagaimanakah karakter yang tepat untuk tokoh Bilal?

b. Bagaimanakah ekspresi yang tepat ditampilkan oleh tokoh

“Nyonya” dalam adegan tersebut?

c. Bagaimanakah intonasi dialog yang tepat untuk tokoh

Darmo?

d. Apa sajakah perihal yang dapat dievaluasi dari sebuah

pemeranan?

e. Apakah pentingnya penghayatan karakter dalam sebuah

pemeranan?

2.

Jelaskanlah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan

teknik improvisasi untuk sebuah pementasan dari penentuan

cerita hingga pementasan!

3.

Bacalah teks ± 500 kata berikut dalam waktu 2 menit!

Wayang Kulit, Mahakarya Seni Pertunjukan Jawa

Malam di Jogjakarta akan terasa hidup

jika Anda melewatkannya dengan melihat

wayang kulit. Irama gamelan yang rancak

berpadu dengan suara merdu para sinden tidak

akan membiarkan Anda jatuh dalam kantuk.

Cerita yang dibawakan sang dalang akan

membawa Anda larut seolah ikut masuk

menjadi salah satu tokoh dalam kisah yang

dibawakan.

Wayang kulit adalah seni pertunjukan

yang telah berusia lebih dari setengah

milenium. Kemunculannya memiliki cerita

tersendiri, terkait dengan masuknya Islam

Jawa. Salah satu anggota Wali Sanga

menciptakannya dengan mengadopsi Wayang

Beber yang berkembang pada masa kejayaan

Hindu-Buddha. Adopsi itu dilakukan karena

wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa.

Jadi, wayang menjadi media yang tepat untuk

dakwah menyebarkan Islam. Hal ini

dikarenakan agama Islam melarang bentuk

seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit

dengan orang hanya dapat melihat bayangan.

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

86

Pergelaran wayang kulit dimainkan oleh

seorang yang kiranya dapat disebut penghibur

publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak,

selama semalam suntuk, sang dalang

memainkan seluruh karakter aktor wayang

kulit. Wayang kulit merupakan orang-orangan

berbahan kulit kerbau dengan dihias motif

hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia

harus mengubah karakter suara, berganti

intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan

menyanyi. Untuk menghidupkan suasana,

dalang dibantu oleh musisi yang memainkan

gamelan dan para sinden yang menyanyikan

lagu-lagu Jawa.

Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruh-

annya berjumlah ratusan. Orang-orangan yang

sedang tidak dimainkan diletakkan dalam

batang pisang yang ada di dekat sang dalang.

Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak

sebagai bayangan di layar putih yang ada di

depan sang dalang. Bayangan itu dapat

tercipta karena setiap pertunjukan wayang

memakai lampu minyak sebagai pencahaya-

an. Pencahayaan dari lampu minyak

membantu pemantulan orang-orangan yang

sedang dimainkan.

Setiap pergelaran, wayang menghadirkan

kisah atau lakon yang berbeda. Ragam lakon

terbagi menjadi 4 kategori, yaitu lakon

pakem, lakon carangan, lakon gubahan, dan

lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita

yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan

wayang. Pada lakon carangan hanya garis

besarnya yang bersumber pada perpustakaan

wayang. Lakon gubahan tidak bersumber

pada cerita pewayangan, tetapi memakai

tempat-tempat yang sesuai pada perpustakaan

wayang. Adapun lakon karangan sepenuhnya

bersifat lepas.

Cerita wayang bersumber pada beberapa

kitab tua, misalnya Ramayana, Mahabharata,

Pustaka Raja Purwa, dan Purwakanda. Kini,

juga terdapat buku-buku yang memuat lakon

gubahan dan karangan yang selama ratusan

tahun telah disukai masyarakat, seperti

Abimanyu Kerem, Doraweca, Suryatmaja

Maling, dan sebagainya. Di antara semua

kitab tua yang dipakai, Kitab Purwakanda

adalah yang paling sering digunakan oleh

dalang-dalang dari Kraton Jogjakarta.

Pergelaran wayang kulit dimulai ketika

sang dalang telah mengeluarkan gunungan.

Sebuah pergelaran wayang semalam suntuk

gaya Jogjakarta dibagi dalam 3 babak yang

memiliki 7 jejeran (adegan) dan 7 adegan

perang. Babak pertama disebut pathet lasem,

memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang yang

diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet

sanga yang menjadi babak kedua memiliki 2

jejeran dan 2 adegan perang. Sementara pathet

manura yang menjadi babak ketiga

mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan perang.

Salah satu bagian yang paling dinanti banyak

orang pada setiap pergelaran wayang adalah

gara-gara

yang menyajikan guyonan-guyonan

khas Jawa.

Sasono Hinggil yang terletak di utara

Alun-Alun Selatan adalah tempat yang pa-

ling sering menggelar acara pementasan

wayang semalam suntuk. Biasanya

pementasan wayang diadakan setiap Minggu

kedua dan keempat mulai pukul 21.00 WIB.

Tempat lainnya adalah Bangsal Sri Maganti

yang terletak di Kraton Jogjakarta.

(Sumber:

www.yogyes.com,

dengan pengubahan)

(Sumber:

Ensiklopedi Umum

untuk Pelajar 10

, 2005)

Pelajaran 4 Kebudayaan

87

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan cermat dan

benar!

a. Apakah hal yang menarik dalam pertunjukan wayang?

b. Kemunculan wayang memiliki cerita tersendiri terkait

dengan masuknya Islam Jawa. Mengapa demikian?

c. Berapakah jumlah tokoh dalam wayang?

d. Apa sajakah media yang digunakan dalam sebuah

pergelaran wayang?

e. Ragam lakon wayang ada 4 macam. Apa sajakah ragam

tersebut?

f. Apakah kitab yang menjadi sumber dari cerita dalam

wayang?

g. Apakah adegan yang menandai dimulainya sebuah

pertunjukan wayang?

h. Di manakah tempat yang sering digunakan untuk

mengadakan pertunjukan wayang di Kota Jogjakarta?

i.

Tulislah kesimpulan dari teks bacaan di atas!

4.

Tuliskanlah petunjuk untuk melakukan sesuatu berkenaan

dengan hal berikut!

Prosedur mendaftarkan sekolah di SMP sekolahmu.

Cara mengawetkan sebuah produk.

5.

Jelaskan beberapa hal yang penting diperhatikan dalam menulis

petunjuk melakukan sesuatu!

6.

Perhatikan naskah drama berikut!

Majalah Dinding

Karya: Bakdi Sumanto

Setting

: ruang kelas

Pelaku

: Anton, Rini, Kardi, Trisno

Saat itu pagi hari. Anton, Rini, dan Kardi

tengah berpikir membahas persoalan karikatur

yang menyebabkan majalah dinding yang

mereka kelola dibredel Kepala Sekolah. Tiba-

tiba Trisno masuk dengan terengah-engah.

Rini

:

“Engkau dari mana, Tris?”

Anton :

“Dari rumah Pak Kepala sekolah?”

Kardi :

“Dari rumah Pak Kepala sekolah

kita? Engkau dimarahi?”

Trisno : “Huuh.

Disemprot ludah pagi hari.”

Rini

:

“Mau apa kau ke sana? Kan tak

dipanggil.”

Anton :

“Engkau goblok, Tris. Masa pagi-

pagi ke sana.”

Kardi :

“Sebaiknya engkau tidak ke sana

sebelum berembug dengan kita.”

Rini

“Haah ... individualisme itu coba

dikurangi. Kita kan merupakan tim.”

Anton :

“Engkau memang selalu begitu

setiap kali.”

Trisno :

“Belum tahu sudah nyemprot.”

Kardi :

“Pak Kepala ke rumahmu?”

Trisno :

“Iya. Terus aku mau rembugan

bagaimana dengan kalian? Belum

bisa bernapas sudah kena cekik. Kok

suruh rembugan dulu.”

Rini

: “Ibumu tahu?”

Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2

88

Trisno :

“Untung mereka pergi pagi-pagi.”

Anton : “Terus?”

Trisno :

“Pokoknya aku didesak, itu ide

siapa. Sudah dapat izin dari kau apa

belum?”

Anton : “Jawabmu?”

Trisno :

“Aku katakan ide itu ide ...”

Anton :

“Ide Anton.”

Trisno : “Ide Sutrisno sang pelukis! Dengar?“

Rini

:

“Tapi kau bilang sudah ada

persetujuan dari pimpinan redaksi?”

Trisno :

“Tidak, Rin.”

Anton :

“Kau bilang apa?”

Trisno :

“Aku hanya bilang bahwa tanpa

sepengetahuan Anton, aku pasang

karikatur itu. Sepenuhnya tanggung

jawab saya. Dengar?”

Kardi :

“Edaan. Pahlawan ini benar.”

Rini

: “Ooo, hebat kau Tris. Bahagialah

Yayuk yang punya pacar macam

kau.”

Trisno :

“Ah, Rin. Nanti aku tidak bisa tidur

kau bilang Yayuk pacarku.”

Anton :

“Kenapa kau bilang begitu? Kau

menghina aku, Tris? Aku yang suruh

engkau melukis itu. Aku penanggung

jawabnya. Akulah yang mesti

digantung, bukan kau.”

Kardi :

“Lho ... lho ... sabar, sabar, sabar.”

Anton :

“Kau mesti ralat pernyataan itu.”

Trisno :

“Begini Ton, maksudku, agar kau ...”

Anton :

“Tidak. Aku tidak perlu perlindung-

anmu. Aku mesti digantung, bukan

kau.”

....

(Sumber:

Majalah Semangat

)

Kerjakanlah perintah soal berikut dengan cermat dan teliti!

a. Jelaskanlah karakter yang tepat untuk tokoh Anton!

b. Jelaskan ekspresi yang tepat untuk tokoh Trisno!

c. Berikanlah improvisasi pada naskah drama di atas dengan

menambahkan petunjuk lakuan tokoh dan dialog tokoh!